Wednesday, May 11, 2011

Televisi Digital

Akhir dari siaran televisi analog sudah dekat. Di tengah malam Amerika Serikat, pada tanggal 17 Februari 2009 akan menandai akhir dari transmisi analog oleh stasiun televisi penuh kekuasaan dan akhir dari 12 tahun televisi digital (DTV) masa transisi didefinisikan oleh Kongres dan Komunikasi Federal Commission (FCC) (Defisit Pengurangan Act, 2005). Lebih dari 1.700 kekuatan penuh-stasiun televisi AS akan mematikan pemancar analog mereka malam itu dan disiarkan hanya di DTV. Tahapan transisi terakhir ke DTV di Amerika Serikat tergantung pada pemirsa menyadari implikasinya bagi rumah tangga yang tidak berlangganan ke salah satu layanan kabel atau satelit. Pemirsa dengan layanan televisi over-the-air akan perlu membeli kotak konverter digital-ke-analog untuk terus menonton televisi setelah analog menutup-off. Rincian program konversi DTV di Amerika Serikat yang diberikan kemudian dalam bab ini. Jepang dan Eropa mengalami tantangan transisi yang sama seperti Amerika Serikat, meskipun penyiaran Eropa telah memilih untuk memfokuskan upaya migrasi digital mereka di televisi definisi standar (SDTV) bukan highdefinition televisi (HDTV).

Kemahalan konversi global dari teknologi analog ke televisi digital yang paling signifikan perubahan dalam standar siaran televisi sejak gambar berwarna yang ditambahkan pada tahun 1960. Televisi digital menggabungkan resolusi lebih tinggi kualitas gambar dengan audio multichannel ditingkatkan, dan kemampuan untuk berintegrasi secara mulus di Internet-disampaikan "televisi" pemrograman menjadi pajangan. Transisi ke televisi digital akan memfasilitasi penggabungan teknologi komputasi televisi dengan cara akan mengubah konsep tradisional penyiaran. Sebuah tanda piket dilakukan oleh anggota dari Writers Guild of America dalam serangan mereka terhadap Hollywood studio pada musim semi 2008 menyimpulkan tren ini, "Revolusi tidak akan disiarkan televisi,
tetapi akan diunduh” (Dovarganes, 2008).


PERKEMBANGAN TELEVISI DIGITAL
Sudah sejak tiga tahun lalu orang bisa menonton tayangan TV melalui telepon seluler yang harganya relatif, tidak mahal. Padahal, semua orang tahu, telepon seluler sudah beroperasi secara digital.
Migrasi teknologi analog ke digital ini tidak hanya sekadar mengikuti perkembangan baru, tetapi lebih pada upaya efisien- si penggunaan pita frekuensi (bandwidth).
Sejarah pertelevisian digital di Indonesia memang baru dimulai secara utuh, terutama sejak peluncuran pesawat TV digital yang pertama pada 9 Juni lalu. Perusahaan elektronik PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) sekaligus meluncurkan dua versi TV digital pertamanya di Indonesia, yaitu seri 47LH50YD dan 55LH50YD.
Kedua pesawat TV ini sudah dilengkapi dengan tuner atau penerima siaran digital secara langsung, tidak perlu lagi menggunakan penerima khusus seperti set-top box (STB). Pengguna tinggal menancapkan antena yang biasa digunakan pada TV analog pada port-nya dan proses pemrograman otomatis (autotuning) sudah bisa dilaksanakan sama seperti TV konvensional.
TV digital pertama ini sekaligus menunjang siaran TV digital yang dicanangkan pada 20 Mei lalu, di mana selama ini penangkapan siaran percobaan ini masih menggunakan STB. Untuk siaran tidak berger (fixed reception) ini ditunjuk dua konsorsium, yaitu Konsorsium TVRI-Telkom dan Konsorsium Televisi Digital Indonesia. Secara total, yang mengudara saat ini ada 12 stasiun dan gambar bisa ditangkap di sekitar kawasan Jabodetabek.

”Tuner” ganda
Pada tahap awal masa transisi dari analog ke digital ini tentu akan menyulitkan kalau hanya memproduksi TV yang hanya bisa menerima siaran digital. Apalagi masa transisi itu akan berlangsung sampai tahun 2018. Selama ini siaran digital masih dianggap percobaan dan sebagian besar kanal TV di pita frekuensi UHF masih dipergunakan untuk siaran analog sehingga tidaklah mengherankan jika LGEIN menerapkan dua tuner (penerima) ganda sekaligus. Selain menangkap siaran digital, kedua TV yang diluncurkan juga bisa menangkap siaran analog seperti biasa, pemrograman stasiun TV bisa dilakukan secara otomatis maupun manual.
Pada siaran digital hanya ada dua kondisi, jika bisa diterima normal, akan didapatkan gambar yang sempurna sama dengan kualitas asli yang dikirim. Jika tidak, gambar akan cacat sehingga gambar dan suara akan rusak, putus-putus (gambar maupun suara), sampai hilang sama sekali.
Berbeda dari sistem analog, penerimaan sempurna pun masih memungkinkan munculnya bayangan (ghost). Ini terjadi karena tuner menerima gelombang pantulan, baik dari gedung-gedung seperti kebanyakan di kota besar maupun oleh perbukitan. Kelemahan ini sudah dikoreksi pada rangkaian elektronik digital sehingga hanya sinyal terkuat yang diterima.
Penerimaan tidak sempurna pada sistem analog akan memunculkan gambar tidak jelas. Muncul gangguan noise pada gambar dan suara, mulai dari gambar suram sampai gambar menyemut, sementara suara juga bisa sayup-sayup sampai terputus-putus.
Penerimaan dengan tuner digital yang terintegrasi dalam chip membuat penerimaan digital lebih sempurna. Jika menggunakan kabel untuk menghubungkan ke pesawat, baik dari STB maupun tuner digital luar bisa mengurangi kualitas sekalipun mungkin sulit dibedakan dengan mata telanjang.
Daya transmisi dan tingginya antena pemancar ikut menentukan kualitas penerimaan gambar. Konsorsium TVRI-Telkom menggunakan pemancar digital berkekuatan 1,2 kW, sedangkan Konsorsium Televisi Digital Indonesia menggunakan pemancar dengan kekuatan 5 kW.

Fitur lain
Salah satu kelemahan dari TV LCD adalah pada kemampuan merespons gerakan cepat sehingga sering menimbulkan cacat berupa gerakan kabur atau judder. Pihak LG menyempurnakan kemampuan ini dengan teknologi TruMotion 200 Hz sehingga mampu mereproduksi hingga 200 gambar setiap detik.
Hal ini masih diperkuat dengan kecepatan waktu respons (response time) hingga 2 milidetik. Kecepatan ini berguna untuk membuat gerakan gambar pada film dengan aksi cepat menjadi tampil lebih halus dan tak berbayang.
Penangkapan sinyal digital ini masih dalam kualitas Standard Definition (SD) yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kualitas TV biasa. Kelebihannya, satu kanal analog bisa dipergunakan sampai enam kanal digital. Pada penangkapan High Definition (HD) biasanya digunakan decoder terpisah. Biasanya siaran HD merupakan siaran TV berbayar.
Untuk tidak mengurangi kualitas gambar dan suara dari decoder ke pesawat TV, maka dihubungkanlah dengan kabel high definition multimedia interface (HDMI) atau sama seperti menghubungkan dengan pemutar Blu-ray. Untuk pesawat ini dibutuhkan HDMI versi 1.3 atau yang lebih tinggi. Penggunaan versi yang lebih rendah bisa menimbulkan kerdipan (flicker) atau bahkan tidak keluar gambar sama sekali.
Kelengkapan lain dari TV yang sudah lolos pengujian pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)—sebagai badan resmi yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan pengujian setiap perangkat TV digital yang beredar di pasaran Indonesia—adalah adanya port USB 2.0. Selain memutar berkas musik MP3, juga membuka gambar dalam format JPEG dan film dalam format tertentu.
Sayang tidak disediakan sarana Bluetooth seperti yang ada pada seri lain. Dengan koneksi Bluetooth, pengguna bisa memutar musik, mendengarkan musik stereo tanpa kabel, ataupun membuka file lain dari perangkat seperti telepon seluler.


KEUNTUNGAN SIARAN DIGITAL

 1.      Dapat menampung banyak perusahaan baru. Penyelenggara televise digital berfungsi sebagai operator penyelenggara televise digital, sedangkan program acara televise disediakan oleh operator khusus.
Dari aspek regulasi, terdapat izin penyelenggara jaringan dan izin penyelenggara jasa program/acra yang mampu memacu perkembangan usaha di bidang ini. 

2.      Penggunaan kanal yang lebih efisien. Bentuk penyelenggaraan system penyiaran di era digital mengalami perubahaan baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi satu program saja nantinya bisa diisi antara 4 sampai 6 program sekaligus di system digital. 

 3.      Peningkatan kualitas gambar. TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi yang tinggi. System TV digital mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi. System TV digital tidak mengenal gambar yang tidak jelas, gambar ganda (ghost) dan kualitas gambar sama sekali.

REFERENSI :